Sebuah Kesadaran dan Penyesalan Seorang Steve Jobs di Saat-saat Akhir Hidupnya

Steve Jobs merupakan salah seorang yang pernah masuk ke dalam nama-nama daftar orang terkaya di Amerika. Ia merupakan mantan bos Apple Inc, Pixar Animation yang memiliki kekayaan bersih sebanyak $5,1 miliar pada tahun 2009.

Jobs meninggal pada 5 Oktober 2011 akibat komplikasi kanker pankreas bentuk langka. Dan sebelum kematiannya, ada sebuah kesadaran dan penyesalan yang menghantui pikirannya di saat-saat akhir hidupnya. Berikut kutipannya.

Sebuah Kesadaran dan Penyesalan Seorang Steve Jobs di Saat-saat Akhir Hidupnya

Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak terpisahkan, karena selain kerja, hobbyku tak banyak.

Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenung jalan kehidupanku, kekayaan, nama, kedudukan semuanya itu tidak ada artinya lagi.

Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut kematian yang mendekat pada diriku.

Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya buat diri gunakan itu udah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas bagaikan monster yang mengerikan.

Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang mewah --- itu hanya ilusi saja.

Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.

Ranjang apa yang termahal di dunia ini? Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu. Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.

Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.

Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat
akan sampai tujuan. Bagaikan panggung pentaspun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.

Yang patut kita hargai dan sayangkan adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami - istri dan juga kasih persahabatan antar teman.

HARGAI SETIAP DETIK DALAM KEHIDUPAN KITA , ISI HIDUP KITA DGN PERKARA PERKARA YANG TDK BISA DIBELI DENGAN UANG .

Semoga kisah Steve Jobs ini dapat kita ambil hikmahnya bahwa hidup bukan semata-mata untuk mencari kekayaan saja. Apa gunanya kekayaan jika tidak bahagia? Apa gunanya kekayaan jika kita sakit lalu kemudian meninggal?

Memang uang akan mempermudah hidup seseorang, tapi uang bukanlah segalanya sehingga kita akhirnya diperbudak olehnya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan menyadarkan kita yang selama ini selalu mengejar-ngejar harta duniawi dan melupakan hakikat hidup yang sesungguhnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sebuah Kesadaran dan Penyesalan Seorang Steve Jobs di Saat-saat Akhir Hidupnya"

Posting Komentar