Ketika Sebuah Pertanyaan Sepele Menjadi Penghancur Kehidupan Orang Lain


Sebuah peribahasa mengatakan bahwa lidah lebih tajam dari sebilah pedang itu memang benar adanya. Pedang hanya bisa membunuh raga seseorang, tapi lidah dapat mengakibatkan penderitaan bagi orang lain yang jauh lebih berat daripada mati tertusuk pedang.

Saat berbicara dengan orang lain, terkadang tanpa kita sadari, bibir kita mengeluarkan perkataan-perkataan atau pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu sebuah permasalahan bagi kehidupan orang itu. Sehingga hidup orang lain menjadi berantakan dan menimbulkan penderitaan secara lahir dan batin baginya.


Oleh karena itu, saat hati berbicara, biarlah bicaranya tanpa suara dan tak didengar orang lain. Dan diam lebih baik daripada mengutarakan jika hal itu dapat menjadikan hal-hal sepele berubah menjadi sebuah masalah besar. Seperti beberapa contoh kasus di bawah ini :

Sekilas Terdengar biasa, Tapi Bisa Berbahaya

1. Saudara laki-laki bertanya kepada adik perempuannya, saat berkunjung, seminggu setelah saudara perempuannya itu melahirkan:


"Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?"

"Tidak ada." jawabnya pendek. Saudara laki-lakinya berkata lagi, "Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah untuk istriku walau tanpa alasan yang istimewa."

Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah. Keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami dan istri ini terjadi perceraian. Dari mana sumber masalah? Kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki sang istri tadi.

2. Saat arisan seorang ibu bertanya:


"Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?”

Rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya.

Ketenangan pun menghilang, saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.

3. Seorang teman bertanya:


''Berapa gajimu sebulan kerja di toko si fulan?"

Ia menjawab, "1 juta rupiah."

"Cuma 1 juta rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu? "

Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko. Sayangnya pemilik toko menolak dan mem-PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.

4. Seseorang bertanya pada kakek tua:


"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan? "

Si kakek menjawab, "Sebulan sekali."

Sang penanya menimpali, "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering." Hati si Kakek menjadi sempit, padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.

Apa sebenarnya keuntungan yang kita peroleh ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan di atas? Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada apa yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka, dst…dst.

Jika terus berperilaku seperti itu, kita akan menjadi agen kerusakan di muka bumi ini. Bila ada bom yang meledak, cobalah introspeksi diri. Bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya.

Semoga beberapa contoh masalah di atas dapat menjadikan renungan bagi kita untuk selalu berhati-hati menjaga lisan agar tidak mengatakan hal-hal yang dapat menyakiti hati orang lain dan memicu masalah bagi kehidupan orang lain. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang senantiasa menjaga lisan kita dengan sebaik mungkin.

Sumber: Dikutip dari berbagai sumber

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ketika Sebuah Pertanyaan Sepele Menjadi Penghancur Kehidupan Orang Lain"

Posting Komentar