Haruskah Hidup Seperti Syahrini?




Meski saya tidak suka sama segala polah Syahrini, saya terus terang kagum sama dia. Saya salut sama kemampuan dia untuk mampu bertahan dari tahun ke tahun di industri hiburan, kendati banyak pendatang baru terus bermunculan. Usia dia padahal sudah tidak lagi muda. Sudah kepala tiga. Walau anak belum ada tiga.

Dulu, sebelum dia bicara dimanja-manjain dan berdesah-desah, saya pernah berharap kalau Syahrini akan mengobati hati Anang yang dikhianati cintanya sama KD (Krisdayanti). Duet Syahrini dan Anang di tahun 2009 emang top abeeesss. Momennya memang pas banget. Anang pintar mengambil empati masyarakat saat dirinya sedang diacuhkan cinta.

Media yang gemar dengan cerita nestapa, makin memoles berita Anang. Pria yang sekarang sudah jadi anggota dewan di Senayan ini kemudian membuat lagu berjudul Jangan Memilih Aku, yang akhirnya dinyanyikan secara duet dengan Syahrini.

Pemilihan Syahrini sebagai teman duet, kata Anang sih karena sosok wanita asal Bogor setipe sama KD. Beuh! Kurang senang apalagi media mendapat pernyataan kayak begini. Jadilah keduanya kemudian dijodoh-jodohkan. Semua orang sibuk menjadi mak comblang mereka berdua. Termasuk juga mama saya.

Manusia memang hanya bisa berencana, yang menentukan akhirnya tuhan juga. Entah karena masalah apa, duet ini akhirnya berpisah juga. Syahriniakhirnya pisah panggung sama Anang. Dan karirnya makin meroket tajam semenjak itu.

Mungkin lagu-lagu yang dinyanyikannya sukses. Ini masih kemungkinan lho, ya. Tapi prestasi terbesar Syahrini adalah dari sensasi yang dibuatnya. Mulai dari –kalau saya tidak salah mengingat—Jambul Khatulistiwa, bulu mata anti badai, mengucapkan “alhamdulillah, sesuatuh, yah…”, kaftan Syahrini, maju mundur cantik, dan yang hal-hal lain yang mungkin saya lewatkan. Semua sensasi itu tidak hanya sensasi, tapi juga menjadi pundi-pundi uang bagi dirinya dan orang lain. Seperti kaftan Syahrini, tahun 2011 dan 2012 baju itu hits banget pas lebaran. Bulu mata anti badai masih laku sampai sekarang.

Seingat saya, di infotainment, tak ada minggu tanpa pemberitaan Syahrini. Bahkan di rumah saya, tahap bosan melihat muka Syahrini ada di televisi sudah terlewatkan. Dulu sempat saya dan mama saya bingung kenapa ini acara televisi isinya berita Syahrini melulu, kayak nggak ada artis lain aja. Saya sih sempat pengen ganti channel lain saja, tapi apa daya remot tipi ada di tangan mama saya.
Ada peraturan tak tertulis di rumah saya: siapa yang memegang remot tipi, kuasa menonton ada di tangannya. Jadi, meski ada acara prosesi kelahiran Ashanti di televisi, yang kata Anang “kalau nggak suka tinggal pindah channel saja.” Di rumah saya nggak bisa begitu. Nggak bisa MZ Anang, nggak bisa…

Pemberitaan Syahrini ini dibuat sendiri olehnya karena celotehan dia atau juga melalui akun Instagram miliknya, yang memang pengikutnya banyak benerrr.

Di Akun Instagram miliknya, sebagian besar pengikutnya itu bukanlah penggemarnya. Cuma ingin tahu Syahrini ini bakalan posting foto apalagi ya, yang bisa di-bully atau buat numpang promosi jualan online gratisan. Nggak percaya? Cek aja akun Instagramnya, setiap foto isi komennya kebanyakan pasti bully atau pada jualan. Hebatnya Syahrini, dia nggak begitu peduli sama yang ngata-ngatain dia. Soalnya dia tahu, makin di-bully, nama dia akan semakin meroket.
Makanya Syahrini malah demen banget posting foto yang mancing orang buat nge-bully.

Tidak semua orang bisa seperti Syahrini, padahal banyak orang ingin hidupnya seperti dirinya. Bisa ke mana-mana dengan sewa pesawat pribadi. Pakai produk branded yang harganya bisa bikin dompet kaum kelas menengah ngehe terkejut-kejut syok. Tampil di infotainment setiap saat. Naik mobil sport di Jakarta, yang setiap mobil mau berapapun harganya, sama derajatnya di hadapan kemacetan.

Saking banyaknya orang yang ingin seperti Syahrini, banyak artis pendatang baru yang coba-coba hidup hedonis dan bikin sensasi kayak Syahrini. Ada yang sampai menasbihkan dirinya adalah KW duanya Syahrini. Tapi seperti barang asli dan barang tiruan serta barang yang mau ikut-ikutan kayak barang asli, yang makin berkilau adalah barang yang asli.

Pertanyaannya kemudian adalah, “haruskah hidup seperti Syahrini?” Membuat sensasi terus. Tapi, sensasi inilah yang membuat Syahrini dapat terus bertahan di dunia hiburan yang keras. Serius beneran keras, orang hari ini yang terkenal siapa, besok udah ada artis lain yang naik daun. Yang lebih sial juga ada, terkenal belum, eh, udah dilibas sama artis yang nggak begitu terkenal lainnya. Akhirnya sama-sama jadi “sekuter” (selebritis kurang terkenal).

Jika cara Syahrini mempertahankan namanya di dunia hiburan bukan dengan karya tapi hanya dengan sensasi dianggap cara “sampah”, saya kurang setuju. Karena dalam sebuah peperangan, setiap orang berhak menggunakan cara apapun untuk menang. Termasuk cara curang sekalipun. Karena pada akhirnya sejarah hanya ditulis oleh para pemenang. Yang kalah sih cuma planga-plongo aja ngeliatin yang menang. Terus yang menang bisa bilang, “aku nggak curang kok, MZ. Cuma caraku memang nggak seperti kebanyakan orang aja.” Ah, dasar alasan. Bisa-bisa dikarangnya saja.

Sampai kapankah Syahrini menjadi “pemenang?” Apakah sampai Anang danAshanti mempunyai anak kedua yang proses persalinannya juga disiarkan di tipi. Atau sampai Aurel menikah dan dirayakan secara mewah-mewahan sampai diliput dan heboh macam pernikahan RaffiNagita? Semua itu adalah misteri yang jawabannya hanya diketahui sama yang Maha Tahu.

Banyak hal dalam hidup ini memang misteri dan penuh tanda tanya. Yang pasti, selama remot tipi masih dipegang mama saya, maka selama itu juga saya masih update sama infotainment artis dalam negeri. Saya tak bisa mengelak untuk menonton, karena meski saya tak suka acaranya, menonton bersama mama adalah waktu yang tak bisa saya beli lagi jika beliau sudah tiada.

Ini bulan Desember. Tak lama lagi tahun segera berganti. Resolusi-resolusi hidup diproklamirkan di bulan ini, untuk kemudian tak dilaksanakan di 11 bulan yang akan datang.

Akankah kita dan Syahrini mendapati nasib baik di tahun depan? Yang sudah pasti, kita harus melakukan yang terbaik meski mendapatkan hasil yang buruk. 

Note: Tulisan ini saya tulis untuk mama, di bulan Desember, sebuah bulan di mana hari Ibu dirayakan. Saya tak bisa memberi banyak untuk mama di hari ibu. Mengucapkan selamat hari ibu kepada mama saja saya tidak lakukan. Yang saya bisa berikan untuk saat ini hanya waktu untuk berbincang mengenai politik dan gosip selebriti.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Haruskah Hidup Seperti Syahrini?"

Posting Komentar