Dalamnya lautan masih bisa diukur, tapi dalamnya hati seorang anak, tidak ada yang bisa mengkurnya. Anak-anak tidak terlalu pandai mengutarakan apa yang sedang ia rasakan di dalam hatinya. Mereka hanya dapat menunjukkannya melalui ekspresi dan sikap yang terkadang sedikit kurang dimengerti oleh para orangtua.
Menjadi orangtua tidak hanya sekedar memberi anak-anak mereka sandang, pangan, papan yang cukup, tapi juga pendidikan yang berupa IQ, EQ, SQ dan juga kasih sayang yang melimpah. Jika semua itu tak terpenuhi, maka jangan sekalipun menyalahkan anak saat ia tumbuh menjadi pribadi yang keras dan pembangkang.
Seringkali kita sebagai orangtua juga lalai akan tugas kita yang harus senantiasa memberi perhatian kepada anak-anak kita. Terkadang kita terlalu sibuk dengan pekerjaan ataupun sibuk dengan urusan yang lain. Terutama di jaman serba teknologi ini, para orangtua modern tak mau kelihatan bahwa dirinya tidak eksis dalam pergaulan.
Anak yang terabaikan akibat aktivitas orangtua bermain gadget |
Kecanggihan smartphone dengan segala fitur yang ditawarkan membuat mereka tertarik untuk menyelami dunia maya. Ratusan bahkan ribuan teman baru bisa didapatkan di dunia maya. Namun, ada satu hal yang mereka lewatkan dan hal itu tak akan pernah bisa terulang di lain waktu. Itu adalah waktu kebersamaan mereka bersama ana-anak mereka yang hilang dan tak mungkin bisa kembali saat mereka telah beranjak dewasa.
Berikut ilustrasi curahan hati seorang anak yang mungkin tak disadari bahkan tak dimengerti oleh para orang tua.
Aku dan adik sayang mama. Tapi, maaf ma… Mengapa saat adik menangis kehausan, Mama masih asyik main BBM?
Saat aku tidak bisa mengerjakan PR, mama selalu bilang coba dulu pikir sendiri, sambil mata melotot ke BB.
Mengapa saat aku tidak bisa memasang tali sepatu. Mama selalu menyuruh mbak untuk membantunya, sambil tangan mama lincah menyentuh BB?
Aku dan adik sayang Papa. Tetapi, maaf Pa… Mengapa saat mama minta tolong ambilkan popok untuk adik. Papa selalu bilang ambil sendiri, sambil tertawa di depan layar BB?
Mengapa saat aku mengajak main bola. Papa selalu bilang papa lagi capek, tapi tanpa lelah membalas pesan yang masuk ke BBM?
Mengapa papa sekarang jarang sekali menyanyikan lagu saat membobokkan adik. Tapi, papa justru asyik terus pegang BB?
Mengapa papa sekarang jarang sekali baca cerita saat sebelum tidur. Tapi, papa selalu pegang BB saat membobokkan aku?
Aku dan adik sayang Papa Mama
Tapi, maaf pa ma… Aku dan adik jadi benci BB, padahal papa mama menyayanginya. Karena sejak ada BB, papa jarang cium aku. Karena bila pegang BB, mama kalau ditanya PR selalu marah-marah. Karena bila ada bunyi BB, papa selalu melepaskan gendongan adik. Karena sejak ada BB, mama hanya bisa tertawa dengan BB. Karena sejak keranjingan BB, papa jarang maen perang-perangan lagi denganku.
Aku dan adik sayang Papa Mama. Tapi, maaf pa ma… Aku pernah ajak adik berdoa, semoga BB papa mama selalu low bat.
Aku pernah ajak adik berdoa, mudah-mudah wajahku berubah jadi BB. Biar papa mama selalu pandangi aku terus.
Aku pernah Ajak adik berdoa, supaya BB papa mama ketinggalan di kantor. Biar Aku dan adik bisa bersenang-senang seperti dulu lagi.
Aku pernah ajak adik berdoa, supaya semua orang di rumah ini tidak beli BB kayak papa mama. Agar kalau papa mama mengacuhkan aku, aku bisa main dengan mereka.
Papa dan Mama… Maafin aku dan adik.
Semoga ilustrasi curahan hati seorang anak yang teracuhkan dan terabaikan gara-gara BBM di atas dapat menjadikan renungan bagi kita para orangtua agar sejenak menghentikan aktivitas ber-media sosial atau berBBM ria saat menghabiskan waktu bersama anak. Gunakan waktu-waktu kebersamaan dengan anak menjadi waktu yang berkualitas agar mereka merasa bahwa orangtuanya mencintainya dan mencurahkan segala perhatian serta kasih sayangnya untuk mereka.
Save Our Children
(Gerakan Matikan BB di Depan Anak).
0 Response to "Curahan Hati Anak-anak yang Terabaikan Gara-gara BBM"
Posting Komentar