Ilustrasi seorang ayah yang sedang memberi nasehat pada anaknya |
Anakku,
1. Hanya orang-orang yang suka berlebih-lebihanlah yang punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya. karena ketahuilah, saat kalian sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby-lobby gedung, kurang dari 1% orang yang sempat melirik kaki kalian. Coba buktikan datang ke sebuah acara ramai. bahkan tidak ada yang nyadar kalau engkau datang cuma nyeker. Dan hanya orang-orang yang super keterlaluan berlebih-lebihanlah yang membeli jam tangan mahal, karena sungguh, semahal apapun jam miliknya, jarum jam tangannya tidak akan bergerak lebih cepat atau lebih lambat dibanding siapapun
2. Bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum. Bapak mu bahkan selalu gugup saat bicara di depan umum, jadi santai sajalah, tidak usah cemas. Jangan lupa baca bismillah.
3. Hidup ini adalah ujian. kenapa begitu? Karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan. orang-orang tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian semesteran-an, ujian les, dan sebagainya.
4. Kalau kau ingin mengenali karakter orang dengan cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yang membuat panik, kaget, atau menakuntukan tiba-tiba. dengarkanlah kata yang diucapkannya. perhatikanlah ekspresi wajahnya.
5. Kalau kau ingin tahu seberapa taat seseorang dengan sunnah Rasul. Maka perhatikan ketika ia berwudhu. Seberapa besar ia membuka keran air.
6. Anakku, salah-satu syarat mutlak agar kau bahagia adalah: kau bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.
7. Cinta sejati tidak pernah datang dari satu-dua kejadian. Satu-dua kalimat. Cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang. dan kau tahu, sayang. Ibu adalah cinta sejati-mu (maka berhentilah menggombali anak gadis orang).
8. Kelak jika kau sudah besar, kau boleh saja tidak suka, melawan, atau bahkan bertengkar dengan bapak, nak. Tapi jangan sekali-kali. jangan pernah sekali-kali kau bilang ‘ah’ pada ibu-mu.
9. Jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara. Ah iya, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jangan habiskan waktumu untuk ‘menulis’ mendebat sesuatu.
10. Jangan pernah bingung karena kau harus memilih. Karena di luar sana banyak orang yang hanya punya satu pilihan. Dan lebih banyak lagi yang bahkan satu pun tidak mempunyai pilihan.
11. Jatuh cinta dengan someone special itu binatang apa? Percayalah, meski seluruh perasaan cinta seperti ini diambil di muka bumi, dunia tetap baik-baik saja (apalagi kau yang sedang patah-hati)… Akan tetapi satu saja cinta seorang ibu kepada anaknya diambil, maka seperti rusak sudahlah seluruh kehidupan.
12. Jangan pernah takut melakukan sesuatu. Kalaupun gagal, kau bisa mengulanginya lagi… lagi… dan lagi…
13. Ingatlah, ‘pertanyaan yang baik’ selalu lebih baik dibandingkan ‘jawaban yang sempurna’. Mendengarkan selalu lebih baik daripada buncah bicara. sayangnya, ketika kau dewasa kelak, semakin banyak saja orang yang suka bernarsis ria dengan ‘kata-kata’, dan selalu merasa bisa memberikan ‘jawaban yang sempurna’.
14. Jangan pernah bersedih kalau kau tidak pintar bicara. Hargailah pendapat orang lain, bahkan bila kau benci sekali dengan pendapatnya, dan pendapatnya keliru. Ini akan membedakan seberapa dewasa kau menghadapi liberalisme, demokrasi, dan kata canggih lainnya di masa-masa kelak.
15. Hal yang paling menyedihkan adalah ketika kau ‘menjilat’ dengan seseorang (entah itu atasan, senior, pemilik, penguasa atau sesuatu yang berkepentingan)… dan sebaliknya kau justru ‘aniaya’ dengan orang lain (entah itu bawahan, junior, atau orang sederajat dengan dirimu).
16. Kalau kau ingin kaya, jadilah pedagang, jangan pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsb nya… Itu tidak akan pernah membuat kau kaya… Kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar-benarnya petani)
17. Berpetualanglah melihat dunia, meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yang baik untuk mengenal kehidupan orang lain. Dengan berpetualang, kau akan semakin dewasa. Dan jelas, bapak tidak bisa menceritakan lebih banyak soal dataran tibet sana dibanding kau melihatnya sendiri. Pengalamanmu sendiri adalah guru yang paling berharga bagimu.
Sumber : laman Facebook Tere Liye
0 Response to "Nasehat Seorang Ayah Untuk Bekal Hidup Anaknya di Masa Mendatang"
Posting Komentar